Hotel Solo

Published on

Hotel berasal dari kata hostel dan konon diambil dari bahasa Prancis kuno. Bangunan publik ini sudah disebut-sebut sejak akhir abad ke-17. Di kota Solo terdapat sekitar puluhan hotel Solo yang direkomendasikan. Baik yang termasuk dalam kategori hotel berbintang maupun hotel murah di Solo.

Hotel Solo merupakan salah satu akomodasi yang sangat penting di kota ini. Baik bagi para pendatang yang bertujuan untuk wisata maupun untuk keperluan bisnis. Beberapa hotel Solo memberikan banyak variasi pilihan. Semua tergantung kebutuhan Anda.

Kota Solo sejatinya merupakan kota budaya yang terkenal unik dan jarang ada di Indonesia karena memiliki keragaman budaya yang kental akan dengan adat Jawa. Tak lupa juga, batik solo yang begitu ternama dan beragam objek wisata budaya yang sangat menarik untuk dikunjungi. Dengan demikian keberadaan hotel Solo menjadi sebuah kebutuhan yang mutlak.

Dengan motto andalannya, yakni The Spirit of Java, tak heran kalau Anda akan menemukan segala hal yang berhubungan dengan budaya Jawa. Belum lagi dengan Bengawan Solo yang begitu menawan, terlebih dengan lagu keroncong gubahan maestro Gesang yang melegenda hingga ke mancanegara.

Eksistensi kota ini dimulai di saat Kesultanan Mataram memindahkan kedudukan raja dari Kartasura ke Desa Sala, di tepi Bengawan Solo. Sunan Pakubuwana II membeli tanah tersebut dari Kyai Sala sebesar 10.000 ringgit (gulden Belanda). Secara resmi, keraton Surakarta Hadiningrat mulai ditempati tanggal 17 Februari 1745 dan meliputi wilayah Solo Raya dan Daerah Istimewa Yogyakarta modern. Kemudian sebagai akibat dari Perjanjian Giyanti (13 Februari 1755) dan Perjanjian Salatiga (17 Maret 1757) terjadi perpecahan wilayah kerajaan, di Solo berdiri dua keraton; Kasunanan Surakarta dan Praja Mangkunegaran, dan di Kesultanan Yogyakarta. Kekuasaan politik kedua kerajaan ini dilikuidasi setelah berdirinya Republik Indonesia pada tanggal 17 Agustus 1945. Selama 10 bulan, Solo berstatus sebagai daerah setingkat provinsi, yang dikenal sebagai Daerah Istimewa Surakarta (DIS).

Pada masa sekarang, nama Surakarta digunakan dalam situasi formal-pemerintahan, sedangkan nama Sala atau Solo lebih umum penggunaannya. Kata sura dalam bahasa Jawa berarti "keberanian" dan karta berarti "sempurna atau penuh". Dapat pula dikatakan bahwa nama Surakarta merupakan permainan kata dari Kartasura. Kata sala, nama yang dipakai untuk desa tempat istana baru dibangun, adalah nama pohon suci asal India, sala, yang bisa Couroupita guianensis atau Shorea robusta. Ketika Indonesia masih menganut Ejaan van Ophuysen, nama kota ini ditulis Soerakarta.

Selanjutnya, karena berkembang gerakan antimonarki di Surakarta serta kerusuhan, penculikan, dan pembunuhan pejabat-pejabat DIS, maka pada tanggal 16 Juni 1946 pemerintah RI membubarkan DIS dan menghilangkan kekuasaan raja-raja Kasunanan dan Mangkunagaran. Tanggal yang sama juga diperingati sebagai hari jadi Kota Solo modern.

published by GoIndonesia.com

To be informed of the latest articles, subscribe:
Comment on this post